rasanya saya sudah hampir ilang ingatan bahwa saya punya wadah curhat yaitu blog ini. hahahahaha
yah, semoga saja kalimat di atas hanya gaya saya berdalih!
saya baru saja membaca beberapa postingan lama di blog ini dan saya merasakan suatu gejolak aneh seperti alarm bahwa saya emang cukup 'bocor' dalam menceritakan kisah buruk yang pernah terjadi dalam hidup saya. hahahaha
(entah bagaimana menyikapinya: ketawa, marah atau malu kayaknya ga penting lagi deh!)
saya bingung harus mulai dari mana....
mmmmm... kalo jarum hilang di tengah padang pasir maka orang akan sangat kesulitan untuk mencarinya. jarum yang tipis, superduper ramping dan ukuran diameternya nyaris nihil itu memang seperti telah lenyap ketika jatuh di tengah pasir tebal. mungkin begitulah gambaran keterhilangan saya setahun terakhir ini. keterhilangan yang saya maksudkan ini tentunya menyangkut definisi paling hakiki mengenai hidup yang sedang saya jalani ini, apalagi kalo bukan kebergantungan mutlak kepada Sang Pokok Anggur (baca: Tuhan Yesus). ketika menulis ini saya merasa sedikit merinding karena saya baru saja mengetik nama seorang Pribadi yang selalu hadir dalam setiap aspek kehidupan saya.
saya berpikir keras: apakah saya jarum tersebut bisa ditemukan lagi?
terdiam...
berpikir...
merenung dan berkontemplasi...
saya terperanjat ketika pikiran saya menyuratkan nama sebuah benda: magnet.
Ya.. magnet.. benar!
untuk menemukan jarum berbahan besi itu saya memang membutuhkan magnet untuk menariknya keluar dari tengah pasir! EUREKA!
ok, jika saya tahu dimana magnet itu bisa ditemukan maka jarum yang terhilang itu bisa ditemukan.
Kemudian saya memutar otak dengan keras sekali lagi dan saya menemukan bahwa:
magneta yang hadir di padang pasir ini berwujud seperti cambuk. ketika mengingat kepentingan magnet ini maka mau tidak mau dalam wujud apapun ia tetap diperlukan.
mengakhiri ilustrasi saya, maka saya akan menjelaskan sedikit dari apa yang sedang terjadi:
cambuk yang saya maksudkan ini adalah kenyataan pahit yang Tuhan ijinkan terjadi dalam kehidupan saya.
baru-baru ini saya baru saja menetapkan suatu keputusan hati yang sudah lama saya biarkan menggantung. saya bahkan menjadikannya sebagai sebuah komitmen yang harus saya renungkan dan jalani secara serius. namun, takdir sepertinya berkata lain. ketika saya merasa cukup strong dalam keputusan dalam diri saya inilah, saya menyaksikan feedback yang negatif, sangat negatif. dan seluruh bangunan ketetapan saya ini runtuh, hancur lebur. entah mau taruh dimana muka saya ini. perih,pilu,panas bercampur di dalam dada.
saya merasa cuma saya yang exist di dunia ini dan cuma saya yang mengalaimi kemalangan terpuruk sepanjang sejarah. kesendirian dalam keruntuhan yang saya alami hampir membuat saya sangat apatis dalam menjalani hidup. (sepertinya agak hiperbol, tetapi saya berusaha menggambarkan sejelas-jelasnya suasana hati yang terjadi).
setelah diskusi panjang dengan salah satu sahabat saya, saya menemukan bahwa kondisi ini merupakan tahap hidup yang haru saya lalui. dan saya harus memaknainya sebagai suatu cambuk yang Tuhan pakai untuk menarik saya lebih dekat padaNya. saya tidak boleh melewatkan momen ini berlalu begitu saja tanpa kontemplasi dan benah diri dalam doa dan renungan untuk ditarik dari keterhilangan saya...
Soli Deo Gloria!